In the end, it's not going to matter how many breaths you took, but how many moments took your breath away
- shing xiong
terjerembab lagi
Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps
Tak kuminta air mata ini turun, tapi kini ku tenggelam di dalamnya, dihempas Isak tangis yg kutahan .. Laa Tahzan. Syafakallah syifaan ajilan, titip ayahku ya Rabb ..
Memulai menulis lagi. Beneran, susah. seperti air yang sudah menjadi es di kepala. bagaimana ini cara memulainya kembali. mungkin akan dicicil, dengan memindahlan beberapa tulisan media sosial ya. hmm .. kapan bisa mulai lagi? niat ini harus dikuatkan kembaliπππππ tetapi, lumayan lah, tahun ini aku punya pencapaian baru! mengikuti project-project antologi. gaya! hahahhaha. sampai seorang sahabat berucap "alhamdulillah, akhirnya lu nulis buku juga!, ampe sebel gue nyuruh lu bikin buku" ahai hahahhaha .. iya, banyak teman yang mendukung aku membukukan buku tentang pengalaman mengasuh anak istimewa. nah, si aku, penulis yang ga konsisten ini ya konsisten menulis sesuka hari seenak hati, ga peduli ada yang baca atau ga. kadang aku bertanya pada hatiku sendiri "sebenarnya niatmu apa sih, sa?" mungkin aku perlu baby step, menjalani proses, memutuskan cita-citaku, untuk apa Blog ini ada. Semangat sasa!
ah, maaf ... sampai sesiang inipun saya masih sangat emosional dengan cerita yang sedang dialami ibu siami. rasanya di otak ini tumpang tindih, berantakan, 'pagujut' kalau ingat betapa 'tidak rapihnya' sistem pendidikan lalu ini diguyur cerita tentang rusaknya moral sekampung yang cinta dengan kecurangan,perilaku tidak jujur dan ingin menang sendiri. padahal apa sih makna ujian nasional tersebut? jadi ingat februari 2005, ada istilah 'beken' "uztads di kampung maling". dulu konotasinya jelek sekali tapi saat ini secara baik seperti menggambarkan nasib bu siami. yang diteriaki "maling" oleh para maling sekampung ... tidak mudah jadi "orang benar" (kata ganti untuk "uztads" pada note ini saja), itu butuh kekuatan besar rmelaporkan kecurangan LALU tidak dianggap lagi! oleh dinas pendidikan setempat dan di adili massa!. Nasib bu siami betul betul seperti diteriaki "maling" oleh para maling :( k
Sudah lebih dari sebulan ini, Si Sulung minta mandiri menjajagi angkutan kota menuju lokasi-lokasi familiar. Buat Emak yang tahu rasanya disorientasi tentu bukan hal mudah utk bisa mengabulkan permintaan anaknya. masih belum yakin apakah kemampuan spatialnya sudah siap atau belum. Bahkan ayahnya diam-diam cemas, tapi hati ini menghembuskan kata "aman, he'll be okay" .suara hati yang layak dipercaya Nyasar, adalah ketakutan terbesar orang tua pada anak disleksianya. --- https://dyslexiavictoria.wordpress.com/2010/05/09/dyslexia-and-spatial-awareness/ Jadi sebelum pembelajaran naik angkot dimulai, kami duduk bersama membahas hal-hal penting tentang solo travelling seperti : mereview dulu beberapa lokasi di sekitar tenpat awal berangkat dan tiba, sesuatu untuk dijadikan landmark, meeting point, menghapalkan warna mobil angkotnya, strip khasnya, no angkot berdasark an tujuannya, berapa uang yg harus dibawa, dimana menyimpan emergency cash, e-money card, bagaiman
Comments