Posts

Showing posts from 2016

Ketika Waktunya Tiba

Sudah lebih dari sebulan ini, Si Sulung minta mandiri menjajagi angkutan kota menuju lokasi-lokasi familiar. Buat Emak yang tahu rasanya disorientasi tentu bukan hal mudah utk bisa mengabulkan permintaan anaknya. masih belum yakin apakah kemampuan spatialnya sudah siap atau belum. Bahkan ayahnya diam-diam cemas, tapi hati ini menghembuskan kata "aman, he'll be okay" .suara hati yang layak dipercaya Nyasar, adalah ketakutan terbesar orang tua pada anak disleksianya. --- https://dyslexiavictoria.wordpress.com/2010/05/09/dyslexia-and-spatial-awareness/ Jadi sebelum pembelajaran naik angkot dimulai, kami duduk bersama membahas hal-hal penting tentang solo travelling  seperti :  mereview dulu beberapa lokasi di sekitar tenpat awal berangkat dan tiba,  sesuatu untuk dijadikan landmark, meeting point, menghapalkan warna mobil angkotnya, strip khasnya, no angkot berdasark an tujuannya, berapa uang yg harus dibawa, dimana menyimpan emergency cash, e-money card, bagaiman

Bukan malaikat yang dirindukan

pandangi wajah anak-anak saat mereka tidur, usap lembut pipinya, andai bisa ditanyakan "duhai anakku, berapa bentakan yang kamu terima hari ini, berapa hinaan yang kau telan pagi ini, berapa lirikan sinis yang kau kerjap dimatamu hari ini? usap lagi tangannya dengan lembut, lalu bayangkan berapa besar kesedihan yang kamu rasakan hari ini, nak? berapa besar malu yang kau tanggung hari ini, nak? berapa sesak marah yang kau tahan, nak? Adakah tumpah air matamu hari ini? usap dadanya perlahan, seberapa hampa sisa hati dan rasamu, sayang? adakah ayah dan bunda dihatimu? adakah ibu guru dan bapak guru dibenakmu? apakah kami sosok malaikat yang kau rindukan atau sosok monster yang tak kuasa kau hadapi setiap hari. coba peluk dia dan tiba-tiba badannya berbalik memeluk kita, dunia terasa runtuh, remuk redam rasa di dada, seribu sesal menyesak disini, ada teraba bebanmu dihatiku, nak. Maaf kan aku, nak Maafkan kami .. seberapapun banyak beban yang kita tumpahkan padany

Dawwi, Disleksia dan Akomodasi UN

Image
Tahun lalu, akhirnya kami sepakat bahwa “baiklah” jikalau Dawwi ingin dan akan mengikuti Ujian Nasional tingkat sekolah dasar. Saat itu kami masih memiliki tanda tanya besar tentang makna dan manfaat UN bagi anak Indonesia. Singkatnya, hasil diskusi dengan beberapa guru dan pemikiran panjang kami lalui sebelum memutuskan Dawwi untuk mengikuti UN. Sejak memasuki semester genap, anak-anak mulai memasuki pola belajar yang lebih intensif untuk mempersiapkan diri menghadapi UN. Saya berkomunikasi secara intens dengan guru-guru kelas, Bu Hera & Pak Iden, mulai dari isu tren materi UN terkini hingga bagaimana kecakapan Dawwi dalam persiapan tersebut. Kemampuan membaca komprehensfi masih menjadi tantangan besar saat itu, extra-time belajar dirumah yang menguras emosi dan fisik, telah menjadi tambahan upaya meningkatkan kemampuan pemahaman baca soal yang diharapkan akan membantu dia memiliki hasil yang baik. Lagipula, Bu Hera & Pak Iden menyatakan apa yang mereka upayak

Bun, kenapa aku disleksia

Tiba-tiba saya ingat, beberapa tahun lalu saat pillow talk dawwi bertanya "kenapa sih bun, ko aku diseleksia?". Mengenalkan padanya tentang keistimewaannya, merupakan jalan panjang & penuh pro kontra. Saya ingat betul seorang guru setengah menyindir kelebayan saya memperlakukan dawwi. Ujarnya, dawwi sama seperti muridnya yang lain hanya butuh belajar berbeda. Kenapa sih, dawwi perlu cara belajar yang berbeda. Retoris bukan?. Pernyataan tersebut diberikan tanpa dasar dan latar belakang pemahaman yang dangkal. Untung saya memahami 'kekurangpahaman' beliau dan ga perlu marah. Ada beberapa jawaban berbeda saya sampaikan pada dawwi yang menjawab pertanyaannya. Berliku menuju pehamanan yang tepat, tertahan oleh keraguan, inikah waktu yang tepat? Bagaimana reaksinya , bagaimana pemahamannnya? Apa dampaknya nanti?

Proses = (sabar + belajar terus + tabah + tangguh)HASIL = (Proses x doa) + air mata

Image
Judul yang aneh, tapi nyata, meski belum selama Einsten merumuskan teori Relatifitas kami membutuhkan 7 tahun untuk memahami bagaimana teori itu terbukti bagi kami. Kami sepasang orang tua yg pernah tersedu rindu berharap menggantungkan gambar anak kami, si Jalu, dimeja kerja. Gambar yang ada ayah, ibu berpegangan tangan dengan anaknya atau gambar hati dengan panah bertuliskan"I love you mom" or "I love you daddy". Meja kerja kami bersih dari pengobat rindu si kecil di rumah yang berupa gambar2 manis seperti itu, sementara meja kerja para sejawat seru dengan kiriman gambar aneka rupa ekspresi cinta si buah hati. Kami sepasang orang tua yang di perkumpulan keluarga hanya bisa senyum dan memuji keelokkan prilaku para keponakan, prestasi yang segudang dan kami cuma bisa "nyerengeh" ketika si gagah perkasa memandang kagum saudara-saudaranya yang bisa membaca lancar. Ayah adalah partner curhat dan penguat terbaik ketika saya dititik terendah saat kel